Disuatu daerah yang jauh dari peradaban kota,ada sebuah desa yang subur dan damai,tinggal 2 orang pemuda yang hidup dengan rukun bersahabat bagai keluarga.Keduanya sangat periang dan suka bekerja keras,selalu yakin dengan cita-cita dan impian untuk menjadi orang sukses.Merekapun selalu berfikir maju untuk masa depan.
Pipo dan Embro nama mereka, dua sahabat yang saling mengisi dan mengasihi. Mereka rela melakukan apa saja demi impian mereka,dari mencari kayu sampai pekerjaan-pekerjaan besar lainnya.Mereka selalu mengevaluasi setiap pekerjaan yang mereka lakukan demi memperbaiki kerja mereka,dengan ide-ide baru yang mereka merasa baik untk mewujudkan impiannya menjadi orang sukses dan kaya.
Suatu ketika,musim kemarau panjang melanda desa mereka hingga air di desa kering. Waktu itu,di siang yang sangat panas warga berkumpul di tengah lapangan yang hampir tak berumput karena kering,begitu pula Pipo dan Embro tidak ketinggalan. Tiba-toba dengan suara keras seorang tua berjenggot berkata,"Wargaku yang ku cintai,air di desa kita sudah hampir habis karena kemarau", untu iyu ku perintahkan kedua pekerja ku untuk membangun sebuah bak yang sangat besar di tengah desa,untuk menempung air demi kebutuhan kita.Dan barang siapa bisa memasukkan air kedesa kita dan memenuhi bak yang telah ku sediakan,dia akan ku bayar tiga kali lipat dari biasanya.
Tapi anehnya tidak ada satu orang pun warga bersedia memenuhinya.Sampai akhirnya Pipo dan Embro mengajukan diri untuk pekerjaan besar itu dan membuat orang-orang desa tertegun dibuatnya.Lantaran air yang harus mereka ambil sangat jauh jaraknya 10 km di atas bukit.
Singkat cerita,keduanya memulai pekerjaan mereka dengan bersemangat demi impian untuk menjadi orang sukses.Denagn ember mereka mulai mengangkut air untuk dibawa ke desa dan mereka mendapat uang lebih,sesuai yang di janjikan.Hari berganti minggu,dan mereka tidak kenal lelah.Suatu malam,keduanya berkumpul untuk mengevaluasi seperti biasa dan mencari ide-ide baru untuk meringankan pekerjaan mereka.
Tiba-tiba Pipo berteriak" AHA"karena dapat ide dan Embro pun terkejut dan bertanya "Ada apa?"dan Pipo pun menyampaikan ide-idenya untuk membangun saluran air dengan membangun pipa-pipa yang disalurkan dari bukit ke desa,sehingga tidak perlu bolak balik dengan ember.
Akan tetapi Embro malah tertawa dan mengejek,bahwa itu tidak mungkin terlaksana,karena peralatan yang dibutuhkan itu langka dan mahal sehingga memekan biaya dibanding biasanya,dan dia lebih memilih menggunakan dengan ember.Selain modal murah dan lebih cepat dapat uang,karena dia merasa tubuhnya cukup kuat untuk mengangkat ember.
Karena perbedaan itu,akhirnya berpisahlah keduanya dengan ide masing-masing. Embro tetap dengan ember-embernya untuk mengangkut air dari bukit ke desa,dan mendapat uang banyak dari pekerjaannya.akan tetapi Pipo,dia malah pergi dan tidak menempakkan hidungnya.Ternyata dia pergi ke kota dengan uang simpanan dan hasil kerja,dia membeli semua perlengkapan untuk proyek saluran airnya,dua-tiga tahun yang akan datang.
Dia bekerja tanpa lelah dan tidakpernah menghiraukan ejekan orang-orang disekitanya, bahkan Embro sahabatnya sendiri.Tetapi waktu terus berjalan dan usia bertambah,tenaga pun tidak lagi sekuat dulu.Pipo dan Embro pun merasakan itu.
Embro yang dulu kuat kini mulai renta dan sakit-sakitan.Kerjanya pun mulai berkurang dan uang yang ia hasilkan pun tidak sebanyak duluwaktu dia masih bisa bekerja dengan ember-embernya.Diapun jatuh miskin karena tidak kuat lagi bekerja mengangkut air dengan embernya.
Dan Pipo,dia telah menuai dari hasil kerja kerasnya,membangun pipa saluran air yang dulu dicemooh teman-temannya.Dia tidak perlu lagi bersusah payah mengangkut air dengan ember karena dia sudah tua dan tenaganya sudah lemah.Dia tidak khawatir menjadi miskin dan kekurangan uang karena saluran airnya telah mengalir dan bekerja untuknya,mengalirkan uang ke sakunya.Desa pun tidak lagi kekurangan air dan Pipo pun sukses dengan membantu banyak orang di desanya dengan air yang dia salurkan dan dia"FREE DOM"di hari tuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar